Tuesday, May 28, 2013

memahami perbedaan-perbedaan budaya

Cara kita berpikir dapat terkondisikan secara kultural. Budaya-budaya Timur melukiskan sesuatu dengan menggunakan visualisasi – visualisasi, sedangkan budaya Barat censerung menggunakan ciri-ciri yang diketahui mengenai suatu subjek, ia memberikan kerangka untuk memikirkan atau menganalisis suatu topik mengenai pengalaman tertentu.
Pandangan-pandangan mengenai konsep ini terutama berasal dari ilmu-ilmu perilaku manusia (behaviooral sciene ) Sosiologi, Psikologi, dan Antropologi. Ilmu-ilmu sosial tersebut mempelajari dan menjelaskan kepada kita tentang bagaimana orang-orang berperilaku demikian, apa hubungan antara perilaku manusia dan lingkungan.
Pada dasarnya manusia-manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Kebiasaan-kebiasaan, praktik-praktik, dan tradisi-tradisi untuk terus hidup dan berkembang diwariskan oleh suatu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat tertentu. Pada gilirannya kelompok atau ras tersebut tidak menyadari dari mana asal warisan kebijaksanaan tersebut. Generasi-generasi berikutnya terkondisikan untuk menerima kebenaran-kebenaran tersebut tentang kehidupan di sekitar mereka, pantangan-pantangan dan nilai-nilai tertentu ditetapkan dan melalui banyak cara orang-orang menerima penjelasan tentang perilaku ” yang dapt diterima ” untuk hidup dalam masyarakat tersebut. Budaya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh setiap faset aktivitas manusia.
Individu-individu sangat cenderung menerima dan mempercayai apa yang dikatakan budaya mereka. Kita dipengaruhi oleh adat dan pengetahuan masyarakat dimana kita dibesarkan dan tinggal, terlepas dari bagaimana validitas objektif masukan dan penanaman budaya ini pada diri kita. Kita cenderung mengabaikan atau menolak apa yang bertentangan dengan “kebenaran ” kultural atau bertentangan dengan kepercayaan-kepercayaan kita. Masalah akan muncul bila suatu budaya dan cara berpikrnya tertinggal dibelakang penemuan-penemuan dan realitas-realitas baru. Kemajuan-kemajuan ilmu dan teknologi, misalnya, telah jauh mendahului ajaran-ajaran kultural masyarakat. Ini merupakan salah satu efek samping akselerasi perubahan, yang menimbulkan jurang budaya ( cultural group ). Dengan demikian, perilaku kelompok manapun. Untuk mencapai tujuan itu, maka penting untuk mengetahui makna budaya dan cara-cara menganalisis perwujudan yang berbeda-beda.

Parameter-Parameter Budaya
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu. Budaya bukanlah suatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh sebagian orang lainnya — budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan demikian merupakan suatu faktor pemersatu.  Budaya juga merupakan pengetahuan yang dapat dikomunikasikan, sifat-sifat perilaku dipelajari yang juga pada anggota-anggota dalam suatu kelompok sosial dan berwujud dalam lembaga-lembaga dan artefak-artefak mereka. E.B. Taylor, Bapak Antropologi budaya, mendefinisikan budaya sebagai ” keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepervayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan atau kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh anggota-anggota suatu masyarakat.” Dalam hal ini setiap kelompok budaya menghasilkan jawaban-jawaban khususnya sendiri terhadap tantangan-tantangan hidup seperti kelahiran, pertumbuhan, hubungan-hubungan sosial, dan bahkan kematian.
Manusia-manusia menciptakan budaya tidak hanya sebagai suatu mekanisme adaptif terhadap lingkungan biologis dan geofisik mereka, tetapi juga sebagai alat untuk memberi andil kepada evolusi sosial kita. Kita lahir turun temurun, membawa zat-zat pembawa sifat dan sifat-sifat budaya tersebut saling mempengaruhi. Sebagaimana lingkungan geofisik di mana kita di besarkan mempengaruhi kita, begitu pula dengan lembaga-lembaga sosial kita mulai dari rumah, sekolah, bahkan lingkungan masyarakat memberikan konteks budaya yang berpengaruh atas perilaku kita.
Budaya membantu kita memahami wilayah planet atau ruang yang kita tempati. Suatu tempat hanya asing bagi orang-orang asing, tidak bagi orang-orang yang menempatinya. Budaya memudahkan kehidupan dengan memberikan solusi-solusi yang telah disiapkan untuk memevahkan masalah -masalah, dengan menetapkan pola-pola hubungan, dan cara-cara memelihara kohesi dan konsensus kelompok. Banyak cara atau pendekatannya yang berlainan untuk menganalisis dan mengkategorikan suatu budaya agara budaya tersebut lebih mudah dipahami.

Karakteristik – Karakteristik Budaya
Oleh karena budaya memberi identitas kepada sekelompok orang, bagaimana kita mengidentifikasi aspek-aspek budaya yang menjadikan sekelompok orang sangat berbeda. Salah satu caranya adalah dengan menelaah kelompok dan aspek-aspeknya, sebagai berikut :
  • Komunikasi dan Bahasa : Sistem komunikasi verbal dan nonverbal, membedakan suatu kelompok dari kelompok lainnya. Terdapat banyak bahasa asing di dunia. Sebuah bangsa memiliki lima belas atau lebih bahasa utama ( dalam suatu kelompok bahasa dapat dialek, aksen, logat, jargon, dan ragam lainnya).
  • Pakaian dan Penampilan : Ini meliputi pakaian dan dandanan ( perhiasan ) luar, juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara kultural.
  • Makanan dan Kebiasaan Makan : Cara memilih, menyiapkan, menyajikan, dan memakan sering berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Cara makan juga berbeda-beda. Ada orang yang makan dengan tangan saja, ada pula yang mengunakan sumpit, atau seperangkat alat makan yang lengkap.
  • Waktu dan Kesadaran Waktu : Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian orang lainnya merelatifkan waktu.
  • Penghargaan dan Pengakuan : Suatu cara lain untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatikan cara dan metode memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama pengabdian atau bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas.
  • Kepercayaan dan Sikap : Barangkali klasifikasi yang paling sulit adalah memastikan tema-tema kepercayaan utama sekelompok orang, dan bagaimana faktor ini serta faktor-faktor lainnya mempengaruhi sikap-sikap mereka terhadap diri mereka sendiri dan orang lain, dan apa yang terjadi dalam dunia mereka.

Pendekatan Sistem Terhadap Budaya
Oleh karena terdapat banyak pendekatan antropolgis terahadap analisis budaya, sebagian pembaca mungkin lebih suka menggunakan pendekatan sistem terkoordinasikan ini sebagai suatu alternatif. Suatu sistem dalam hal ini adalah suatu kumpulan atau kombinasi teratur dari bagian-bagian yang saling berhubunan yang merupakan suatu kesatuan, sebagai berikut :
  • Sistem Kekeluargaan : Ini menyangkut hubungan – hubungan keluarga dan cara bagaimana sekelompok orang memperkenalkan, melatih, dan mensosialisasikan anak-anak mereka.
  • Sistem Pendidikan : Ini berkenaan dengan cara bagaimana anggota-anggota muda atau anggota-anggota baru masyarakat memperoleh informasi, keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai.
  • Sistem Ekonomi : Ini menyangkut cara masyarakat menghasilkan dan menyalurkan barang-barang dan jasa-jasa pelayanannya.
  • Sistem Politik : Ini merupakan alat utama pemerintah untuk memelihara keteraturan dan melaksanakan kekuasaan atau wewenang.
  • Sistem Agama : Sistem agama berkenaan dengan cara memberi makna dan motivasi pada kehidupan selain aspek-aspek kehidupan material, yaitu aspek kehidupan spiritual pendekatannya terhadap hal-hal yang gaib. Pentingnya hal ini telah disinggung terdahulu dalam ” Kepercayaan dan Sika.”
  • Sistem Asosiasi : Ini menyangkut jaringan pengelompokan sosial yang dibentuk orang-orang. Kelompok-kelompok masyarakat ini bisa merupakan kelompok persaudaraan ( fraternal ), kelompok-kelompok rahasia dan asosiasi-asosiasi profesional / dagang.
  • Sistem Kesehatan : Sistem kesehatan berkenaan dengan cara suatu budaya menghindari dan mengobati penyakit, atau merawat para korban bencana alam atau kecelakaan. Konsep kesehatan dan masalah-masalah medis berlainan antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya.
  • Sistem Rekreasi : Ini menyangkut cara-cara suatu bangsa bergaul, atau menggunakan saat santai mereka. Apa yang dianggap ” bermain” dalam suatu budaya mungkin dianggap “kerja ” dalam suatu budaya lain. Dalam sebagian budaya ” olahraga ” menimbulkan implikasi politik, sedangkan dalam budaya – budaya lain olahraga hanyalah untuk kesenangan, sementara dalam budaya-budaya lainnya pula olahraga merupakan bisnis besar. Beberapa jenis hiburan, seperti tarian rakyat, tampaknya bersifat lintas – budaya.

Istilah-Istilah Budaya yang Penting
Para spesialis yang melakukan studi formal tentang budaya menggunakan istilah-istilah yang dapat membantu orang-orang awam untuk memahami pentingnya fenomena ini dalam bisnis atau kehidupan antar bangsa, seperti berikut :
  • Pola dan Tema : Beberapa antropolog, seperti Ruth Benedict, mencoba mencari suatu pola intergratif tunggal untuk menguraikan suatu budaya tertentu. Maka, orang – orang Indian Pueblo disebut ” apollonian ” — orang- orang yang betahan ” di pertengahan jalan ” dan menghindari ekses atau konflik dalam menilai keadaan. Mencari secara tepat suatu pola ajeg pikiran dan perilaku dalam suatu budaya adalah sulit, maka para ilmuwan lain lebih suka mencfari suatu tema sumatif. Ini adalh suatu pendapat, eksplisit atau implisit, yang mendorong aktivitas dan mengontrol perilaku; pendapat ini biasanya secara diam-diam disetujui atau secara terbuka dipromosikan dalam masyarakat.
  • Eksplisit dan Implisit : Beberapa aspek budaya tampak jelas (overt ), sementara beberapa aspek lainnya tersembunyi (covert ). Antropolog Clyde Kluckhohn memperingatkan kita bahwa setiap jalan kehidupan yang berbeda mempunyai asumsi – asumsi tentang tujuan keberadaan manusia, tentang apa yang diharapkan, asumsi tentang tujuan keberadaan manusia, tentang apa yan diharapkan dari orang-orang lain dan dari Tuhan tentang apa yang merupakan kejayaan atau kegagalan. Sebagian dari aspek-aspek budaya ini eksplisit dalam adat dan pengetahuan masyarakat, dan mungkin berwujud dalam hukum, peraturan – peraturan, kebiasan-kebiasaan, dan tradisi-tradisi. Aspek-aspek lainnya implisit dalam budaya, dan orang harus menduga premis-premis tersembunyi demikian dengan mengamati kecenderungan-kecenderungan yang konsisten dalam kata-kata dan perilaku. Perbedaan antara budaya terbuka dengan budaya tersembunyi menunjukan bahwa banyak kegiatan sehari-hari kita dipengaruhi oleh pola-pola dan tema-tema yang asal muasal dan maknanya kurang kita sadari atau tidak kita sadari sama sekali. Perilaku yang dipengaruhi budaya tersebut memudahkan kebiasaan hidup sehar-hari, sehingga orang mungkin melakukan banyak perbuatan dalam suatu masyarakat tanpa memikirkan perilakunya tersebut.
  • Subkultur dan Mikrokultur : Dalam suatu masyarakat yang lebi besar, kelompok, atau bangsa yang mempunyai budaya dominan yang sama, mungkin dapat subkelompok-subkelompok yang memiliki ciri – ciri yang memisahkan dan membedakan mereka dari subkelompok-subkelompok lainnya. Subkultur-subkultur ini dapat diklasifikasikan berdasarkan usia, kelas sosial, jenis kelamin, ras, atau entitas lain yang membedakan mikrokultur dan mikrokultur lainnya.
  • Unsur-Unsur Universal dan Keanekaragaman : Terdapat generalisasi-generalisasi tentang semua budaya yang disebut unsur-unsur universal ( universals ) : usia, dandanan tubuh, kalender, perkenalan, pembagian kerja, pendidikan, etika, larangan-larangan makanan, aturan-aturan waris, bahasa, perkawinan, perkabungan, mitologi, sistem nomer, sanksi-sanksi hukum, hak-hak milik, kepercayaan kepada hal-hal yang gaib, dsb.  maka aktivitas-aktivitas tertentu terjadi secara lintas-budaya, namun perwujudannya mungkin bersifat unik dalam suatu masyarakat tertentu. Lawan dari konsep universals adalah keanekaragaman budaya (cultural diversity ). Beberapa jenis olahraga atau humor atau musik mungking sama bagi semua orang, namun cara melakukannya mungkin berbeda dalam suatu budaya.
  • Perilaku Rasional / Irasional / Nonrasional : Diantara sekian banyak definisi budaya, ada definisi yang menyebutkan budaya sebagai rancangan-rancangan yang tercipta secara historis untuk hidup bisa yang rasional, irasional, dan nonirasional. Perilaku rasional dalam budaya didasarkan atas apa yang dianggap kelompok masuk akal untuk mencapai tujuan-tujuannya. Perilaku irasional menyimpang dari norma-norma yang diterima suatu masyarakat dan mungkin bersumber dari frustasi seseorang dalam usaha memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Perilaku irasional orang akan dilakukan orang tanpa disertai logika dan kemungkinan besar sebagai suatu respons emosional. Perilaku nonrasional tidak berdasarkan logika, tidak juga bertentangan dengan ekspetasi-ekspetasi yang masuk akal — ia dipengaruhi oleh budaya atau subkultur seseorang.
  • Tradisi : Ini merupakan suatu aspek budaya yang sangat penting yang dapat diekspresikan dalam kebiasaan-kebiasaan tak tertulis, pantangan-pantangan dan sanksi-sanksi. Tradisi dapat mempengaruhi suatu bangsa tentang ap yang merupakan perilaku dan prosedur yang layak berkenaan dengan makanan, pakaian, apa yang berharga. apa yang harus dihindari dan diabaikan.
  • Keunikan Budaya : Manajer kosmopolitan, yang peka terhadap perbedaan-perbedaan budaya, menghargai keunikan suatu masyrakat dan berusaha berkomunikasi dengan orang-orang dari kelompok budaya itu. Ia tidak memaksakan sikap-sikap dan pendekatan-pendekatan budayanya atas ” orang-orang asing” ini. Maka dengan menghormati budaya-budaya orang lain yang berbeda kita tidak akan dituduh sebgai etnosentris.

Untuk memahami perbedaan – perbedaan budaya lebih efektif, yaitu meningkatkan kesadaran budaya seseorang secara umum. Orang harus memahami konsep budaya dan ciri-cirinya sebelum ia memperoleh manfaat yang sebaik-baiknya dari studi tentang aspek-aspek khususnya budaya dan suatu bahasa asing.

Referensi : Mulyana, Deddy; Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Komunikasi Antar Budaya. Bandung : Rosda.

No comments:

Post a Comment